Situs - Situs Penting di Kab. Pati

Enam Desa Terendam (Kayen Diterjang Banjir Bandang)

Jumat, 02 April 2010

SUARA MERDEKA - Lintas Muria
01 APRIL 2010

PATI-Enam desa di Kecamatan Kayen, Selasa (30) sore, diterjang banjir bandang. Keenam desa itu, yakni Desa Kayen, Srikaton, Slungkep, Jimbaran, Trimulyo dan Sumbersari. Dari pantauan Suara Merdeka, ketinggian air bah tersebut mencapai setengah meter.

Hampir semua jalan desa tergenang dan beberapa rumah warga terendam air. Termasuk akses jalan menuju RSUD Kayen.

Sementara belasan sepeda motor yang hendak menuju RSUD mogok, karena mesinnya mati terendam air.
Sulaiman (53), warga RT/RW 1, Desa Kayen, mengungkapkan, air bah mulai menerjang jalan desa, pukul 15.00, bersamaan dengan turunnya hujan. "Sekitar pukul 17.00 air mulai masuk ke rumah. ketinggian air mencapai 15 cm," katanya.

Diceritakannya, air bah berasal dari arah Pati utara. Beberapa sungai sekitar desa tidak mampu menampung kiriman air dari Pegunungan Kendeng. Yakni, Sungai Deren Sawit dan Sumilir. Sebab, menurut Sulaiman, volume sungai semakin berkurang karena sedimentasi.

Ali Gufroni, anggota DPRD Pati, menyebutkan, Desa Kayen sudah empat kali diterjang banjir bandang dalam kurun waktu tiga bulan terakhir. Sekitar dua pekan lalu, kondisinya lebih parah dari sekarang. "Ketinggian air mencapai paha orang dewasa," katanya.

Banjir Lumpur

Sering terjadinya banjir, menurut Ali, dikarenakan semakin berkurangnya jumlah pohon tegakan yang ada di Pegunungan Kendeng. Sehingga, penyerapan air hujan melalui akar pohon tegakan di Kendeng tidak maksimal. Air hujan langsung menggelontor ke tempat yang lebih rendah dan membanjiri pemukiman warga.

Selain itu, air hujan juga mengikis tanah di sekitar pegunungan, sehingga mengakibatkan banjir disertai lumpur. "Padahal, tidak sedikit biaya yang dikeluarkan untuk membersikan lumpur sisa banjir bandang tersebut. Warga harus menyewa mesin pompa air seharga Rp 100.000 per hari," kata dia.

Selain normalisasi beberapa sungai desa, menurutnya, harus ada penghijauan di Pegunungan Kendeng. Sehingga tingkat penyerapan air hujan di pegunungan tersebut menjadi maksimal.
Hujan lebat juga membuat Sungai Juwana limpas ke pemukiman. Sejumlah desa yang terendam di antaranya, Banjarsari, dan Kosekan, Kecamatan Gabus.

Luapan Sungai Juwana di Dukuh Biteng, Desa Banjarsari, Rabu (31/3) mencapai ketinggian 60 cm. Air menggenangi hampir semua jalan di kampung itu dan nyaris masuk ke sejumlah rumah warga.
Tanaman padi muda seluas 48 hektare terancam mati akibat terendam banjir. Padi tersebut baru ditanam sepekan lalu.

Kadus Biteng Marzuki mengatakan, selagi Sungai Juwana belum dinormalisasi bencana banjir akan selalu mengancam daerahnya.

SUARA MERDEKA - Lintas Muria
26 Maret 2010

Warga Rendole Khawatir Banjir Susulan
PATI - Warga Perumahan Rendole Indah yang menghuni kawasan bawah, Blok I/2 dan J, semakin khawatir banjir akan terus melanda kampungnya. Sebab, tuntutan warga untuk membangun saluran air yang layak tidak pernah diperhatikan pihak pengembang, yaitu PT Wahyu Multiprakoso Pati.

Kegundahan warga memuncak setelah banjir bandang cukup besar, Jumat (26/3) lalu menerjang sedikitnya 65 rumah di kawasan itu. Mereka beranggapan pengembang "cuci tangan" dengan dampak buruk dari ketiadaan drainase yang baik itu.

"Warga di sini sudah bertahun-tahun terkena banjir, tetapi tidak pernah mendapat perhatian sama sekali. Pengembang seolah-olah tidak mau tahu penderitaan warga yang sudah telanjur membeli rumah di sini," ujar warga Blok I/2 yang masuk wilayah RT 7 RW 3, Desa Muktiharjo, Kecamatan Margorejo, Darwi, kemarin.

Menurutnya, warga sudah berulang kali mengingatkan dan meminta pengembang untuk mengurus pelebaran sungai di ujung selatan perumahan itu. Sungai tersebut lebarnya hanya dua meter.

"Sungai ini saja yang membangun dulu pemerintah atas usulan warga sini karena sungai besar sudah pulih dan menjadi perumahan sehingga posisinya digeser ke selatan. Kalau tidak dilebarkan dan diperdalam lagi, blok yang datarannya rendah di sini akan terus kebanjiran," jelasnya.

Warga lainnya, Diro, juga mengaku jengkel dengan sikap pengembang yang acuh terhadap kondisi tersebut. Berulang kali warga hanya dijanjikan saluran air segera ditata untuk mencegah banjir. Namun sampai bertahun-tahun tidak pernah terlaksana.

Kuasa Direktur PT Wahyu Multiprakoso H Soehari menepis anggapan pihaknya lepas tanggung jawab dalam masalah tersebut. Dia menyatakan, saluran drainase sebelah timur akan dibangun lagi.